Selasa, 24 Februari 2015

Biografi : H.O.S Cokroaminoto


Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Cokroaminoto lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 6 Agustus 1882 dan meninggal di Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun. Tjokroaminotoadalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabatpemerintahan pada saat itu. 


Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai bupatiPonorogo. Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai beberapa murid yangselanjutnya memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia, yaitu Musso yang sosialis/komunis,Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis. 

Namun ketiga muridnya itu saling berselisih.Pada bulan Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan organisasi Sarekat Islam.Sebagai pimpinan Sarikat Islam, HOS dikenal dengan kebijakan-kebijakannya yang tegas namunbersahaja. Kemampuannya berdagang menjadikannya seorang guru yang disegani karena mengetahuitatakrama dengan budaya yang beragam. 

Pergerakan SI yang pada awalnya sebagai bentuk protes ataspara pedagang asing yang tergabung sebagai Sarekat Dagang Islam yang oleh HOS dianggap sebagaiorganisasi yang terlalu mementingkan perdagangan tanpa mengambil daya tawar pada bidang politik. 

Dan pada akhirnya tahun 1912 SID berubah menjadi Sarekat IslamSeiring perjalanannya, SI digiring menjadi partai politik setelah mendapatkan status Badan Hukum pada10 September 1912 oleh pemerintah yang saat itu dikontrol oleh Gubernur Jenderal Idenburg. SIkemudian berkembang menjadi parpol dengan keanggotaan yang tidak terbatas pada pedagang danrakyat Jawa-Madura saja. 

Kesuksesan SI inimenjadikannya salah satu pelopor partai Islam yang sukses saat itu.Perpecahan SI menjadi dua kubu karena masuknya infiltrasi komunisme memaksa HOS Cokroaminotountuk bertindak lebih hati-hati kala itu. Ia bersama rekan-rekannya yang masih percaya bersatu dalamkubu SI Putih berlawanan dengan Semaun yang berhasil membujuk tokoh-tokoh pemuda saat itu seperti Alimin, Tan Malaka, dan Darsono dalam kubu SI Merah. 

Namun bagaimanapun, kewibaan HOSCokroaminoto justru dibutuhkan sebagai penengah di antara kedua pecahan SI tersebut, mengingat iamasih dianggap guru oleh Semaun. Singkat cerita jurang antara SI Merah dan SI Putih semakin lebar saatmuncul pernyataan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang Pan-Islamisme (apa yangselalu menjadi aliran HOS dan rekan-rekannya). 

Hal ini mendorong Muhammadiyah pada Kongres Maret1921 di Yogyakarta untuk mendesak SI agar segera melepas SI merah dan Semaun karena memangsudah berbeda aliran dengan Sarekat Islam. Akhirnya Semaun dan Darsono dikeluarkan dari SI dankemudian pada 1929 SI diusung sebagai Partai Sarikat Islam Indonesia hingga menjadi peserta pemilupertama pada 1950.

HOS Cokroaminoto hingga saat ini akhirnya dikenal sebagai salah satu pahlawan pergenakan nasionalyang berbasiskan perdagangan, agama, dan politik nasionalis. Kata-kata mutiaranya seperti “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat” akhirnya menjadi embrio pergerakan para
tokoh pergerakan nasional yang patriotik, dan ia menjadi salah satu tokoh yang berhasil membuktikanbesarnya kekuatan politik dan perdagangan Indonesia. H.O.S. Cokroaminoto meninggal di Yogyakartapada 17 Desember 1934 pada usia 52 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar